Pengertian Empati -1909 berasal dari bahasa latin em
dan pathos yang artinya feeling into.
Empati berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“ketertarikan fisik”. Sehingga dapat di defenisikan sebagai kemampuan seseorang
untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain.
Psikolog Edward Titchener (1867-1927) memperkenalkan
"empati" pada 1909 ke dalam bahasa Inggris sebagai terjemahan dari
istilah Jerman "Einfühlung" (atau "perasaan menjadi
Beberapa ahli psikology mengatakan defenisi empati yaitu :
a. Menurut
Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang
lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan
kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh sungguh mengerti
perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman
terhadap orang lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain.
Empati menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekedar hubungan
yang menempatkan orang lain sebagai objek manipulatif.
b. Taylor
menyatakan bahwa empati merupakan faktor esensial untuk membangun hubungann
yang saling mempercayai. Ia memandang empati sebagai usaha menyelam ke dalam
perasaan orang lain untuk merasakan dan menangkap makna perasaan itu. Empati
memberikan sumbangan guna terciptanya hubungan yang saling mempercayai karena
empati mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasan orang
lain secara tepat.
c. Alfred
Adler menyebut empati sebagai penerimaan terhadap perasaan orang lain dan
meletakkan diri kita pada tempat orang itu. Empathy berarti to feel in, berati
merasakan betapa dalamnya perasan orang itu.
d. Tubesing
memandang empati merupakan identifikasi sementara terhadap sebagian atau
sekurang kurangnya satu segi dari pengalaman orang lain. Berempati tidak
melenyapkan ke “aku”an kita. Perasaan kita sendiri takkan hilang ketika kita
mengembangkan kemampuan untuk menerima pula perasaan orang lain yang juga tetap
menjadi milik orang itu. Menerima diri orang lain pun tidak identik dengan
menyetujui perilakunya. Meskipun demikian, empati menghindarkan tekanan,
pengadilan, pemberian nasihat apalagi keputusan. Dalam berempati, kita berusaha
mengerti bagaimana orang lain merasakan perasaan tertentu dan mendengarkan
bukan sekedar perkataannya melainkan tentang hidup pribadinya, siapa dia dan
bagaimana dia merasakan dirinya dalam dunianya.
e. Menurut
Jalaludin Rakhmat bahwa :
Berempati
artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan
empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, dan merasakan seperti
orang lain merasakan.
f. Empati
menurut Abu Ahmadi (2003) ialah kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang
dilakukan orang ain andaikata dia dalam situasi orang lain tersebut. Karena
empati, orang dapat menggunakan perasaannya dengan efektif di dalam situasi
orang lain, di dorong oleh emosinya seolah-oleh dia ikut mengambil bagian dalam
gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain. Di sini ada situasi “feeling into a
person or thing”.
g. Dua pendekatan yang digunakan untuk memahami teori
empati, yakni teori dari Baron-Cohen & Wheelwright (2004), yang membagi
empati ke dalam dua pendekatan,
i.
Pendekatan afektif
Pendekatan afektif mendefinisikan empati sebagai pengamatan emosional yang merespon afektif
lain. Dalam pandangan afektif, perbedaan definisi empati dilihat dari seberapa besar dan kecilnya
respon emosional pengamat pada emosi yang terjadi pada orang lain.
ii.
Pendekatan kognitif
Pendekatan
kognitif merupakan aspek yang menimbulkan pemahaman terhadap perasaan orang
lain. Eisenberg & Strayer (dalam Baron-Cohen & Wheelwright 2004)
menyatakan bahwa salah satu yang paling
mendasar pada proses empati adalah pemahaman adanya perbedaan antara individu
(perceiver) dan orang lain.
No comments:
Post a Comment